Tuesday, May 31, 2016

CARA-CARA BIMBINGAN KONSELING YANG BAIK

CARA-CARA BIMBINGAN KONSELING YANG BAIK
KAMI MENYEDIAKAN KUMPULAN PTBK DAN ADMINISTRASI BK MURAH 
HUBUNGI KAMI DI 081222940294

 Pengertian Teknik-teknik Bimbingan dan Konseling
Teknik adalah cara, langkah atau metode yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Bimbingan ialah mengarahkan, memandu, mengelola, dan menyetir.[3]Bimbingan juga dapat diartikan sebagai bantuan atau pertolongan.
Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien. Pendapat lain mengatakan bahwa konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif prilakunya.[4]
Jadi, teknik Bimbingan dan Konseling adalah cara atau metode yang dilakukan untuk membantu, mengarahkan atau memandu seseorang atau sekelompok orang agar menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya, serta mampu mengambil sebuah keputusan dan menentukan tujuan hidupnya dengan cara berinteraksi atau bertatap muka.

2.2 Macam-Macam Teknik Bimbingan dan Konseling
BIMBINGAN DAN KONSELING membutuhkan teknik yang tidak mudah. Diperlukan pembiasaan terhadap macam-macam teknik yang ada supaya konselor mahir dalam kerja praktik. Di samping itu, diperlukan keberanian dalam memperaktikkan macam-macam teknik yang ada, supaya ada pengalaman dari berbagai teknik.
Terkadang, ada seseorang yang ketika enjoy dengan satu teknik, dia tidak mau mencoba teknik lain. Mental status quo semacam ini harus dihilangkan. Diperlukan eksperimentasi dan observasi terus-menerus untuk mengembangkan teknik konseling sebagai jawaban terhadap kompleksitas problem di era modernisasi dan informasi sekarang ini.

A.                 Teknik Umum Konseling I
Teknik umum merupakan teknik konseling yang lazim digunakan dalam tahap-tahap konseling dan merupakan teknik dasar konseling yang harus dikuasai oleh konselor. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan disampaikan beberapa jenis teknik umum.

1.                   Perilaku Attending
Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien. Hal ini mencangkup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan  bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat menimbulkan hal positif, seperti meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana yang aman, dan mempermudah eksperesi perasaan klien dengan bebas.
Contoh perilaku attending yang baik, misalnya :
·    Kepala : melakukan anggukan jika setuju
·    Ekspresi wajah : tenang, cerita, senyum
·    Posisi wajah : tenang, ceria, senyum
·    Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak dekat,  duduk akrab berhadapan atau berdampingan
·    Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan.
·    Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.
Contoh perilaku attending  yang tidak baik, misalnya :
·     Kepala : kaku
·     Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien 
           
sedang bicara, mata melotot
·     Posisi tubuh : tegak, kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, duduk 
           
kurang akrab dan berpaling
·     Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk member
           
kesempatan  klien berpikir dan berbicara
·     Perhatian : terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar
Catatan :
Attending disebut juga perilaku menghapiri klien. Hal ini cukup kompeten kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Attending yang baik dapat menimbulkan beberapa hal positif, seperti meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana yang aman, dan mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
2.                   Empati
Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien; merasa dan berpikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan sejalan dengan perilaku attending. Tanpa perilaku attending, mustahil terbentuk empati. Terdapat dua macam empati, yaitu :
a.          Empati Primer, yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran, dan keinginan klien dengan tujuan agar klien dapat terihat dan terbuka. Contoh ungkapan empati primer : “Saya dapat merasakan bagaimana perasaan Anda” ; “Saya mengerti keinginan Anda.”
b.          Empati tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran, keinginan, serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien, karena konselor ikut dengan perasaan tersebut. Keterlibatan konselor tersebut membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi hati yang terdalam, berupa perasaan, pikiran, pengalaman, dan termasuk penderitaannya. Contoh ungkapan empati tingkat tinggi : “Saya dapat merasakan apa yang Anda rasakan, dan saya ikut terluka dengan pengalaman Anda itu.” 
3.                   Refleksi
Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya. Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu:
a.                   Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh : “Tampaknya yang Anda kaatakan adalah ……”
b.                   Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat klien sebagi hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh : “Tampaknya yang Anda Katakan…..”
c.                    Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh : “Tampaknya yang Anda katakana sesuatu …..”

4.                   Eksplorasi
Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengamatan klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Teknik ini memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tetekan, dan terancam. Seperti halnya pada teknik refleksi, dalam teknik eksplorasi ini pun terdapat tiga macam teknik yaitu :
a.                   Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan klien yang tersimpan. Contoh : “Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan bingung yang dimaksud ….”
b.                   Eksplorasi pikiran, yaitu telknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien. Contoh : “Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide Anda tentang sekolah sambil bekerja.
c.                    Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali pengalaman-pengalaman klien. Contoh : ‘Saya terkesan dengan pengalaman yang Anda lalui. Namun, saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap pendidikan Anda.”
Catatan :
Eksplorasi adalah ternik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia bathin, menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya.

5.                   Menangkap Pesan (Paraphrasing)
Menangkap pesan (Paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau innti ungkapan klien, dengan teliti mendengarkan pesan utama klien, mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana. Biasanya, ini ditandai dengan kalimat awal : “adakah “ atau “tampaknya” dan mengamati respon klien terhadap konselor.
Tujuan Paraphrasing adalah : (1) untuk mengatakan kembali kepada klien bahwa konselor bersama dia dan berusaha untuk memahami apa yang dikatakan klien; (2) mengedepankan apa yang dikemukakan klien dalam bentuk ringkasan; (3) member arah wawancara konseling; dan
(4) pengecekan kembali persepsi konselor tentang apa yang dikemukakan klien. Berikut contoh dialognya :
Klien : “Itu suatu pekerjaan yang baik, akan tetapi saya tidak mengambilnya. Saya tidak tahu mengapa demikian?”
Konselor : “Tampaknya Anda masih ragu.”
6.                   Pertanyaan Terbuka (Opened Question)
Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing siswa agar mau berbicfara mengungkapkan perasaan, pengalaman, dan pemikirannya. Pertanyaan yang diajukan sebaliknya tidak menggunakan kata Tanya mengapa atau apa sebabnya. Pertanyaan semacam ini akan menyulitkan klien jika ia tidak tahu alasan atau sebab-sebabnya. Oleh karenanya, lebih baik gunakan kata Tanya apakah, bagaimana, adakah, atau dapatkah. Contoh : “Apakah Anda merasa ada sesuatu yang ingin kita bicarakan ?”
7.                   Pertanyaan Tertutup (Closed Question)
Dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka. Dalam hal-hal tertentu, dapat pula digunakan pertanyaan tertutup yang harus dijawab dengan kata “ya” atau “tidak”, atau dengan kata-kata singkat. Tujuan pertanyaan tertutup adalah untuk : (1) mengumpulkan informasi; (2) menjernihkan atau memperjelas sesuatu; dan (3) menghentikan pembicaraan klien yang melantur atau menyimpang jauh. Contoh dialog :
Klien : “Saya berusaha meningkatkan prestasi dengan mengikuti belajar kelompok yang selama ini belum pernah saya lakukan.’
Konselor : “Biasanya Anda menempati peringkat berapa?”
Klien:”Empat.”
Konselor:”Sekarang berapa?”
Klien:”Sebelas.”
8.                   Dorongan Minimal (Minimal Encouragement)
Dorongan minimal adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan klien. Misalnya dengan menggunakan ungkapan oh ….., ya…., lalu…., terus,…. atau dan…
Tujuan dorongan minimal agar klien terus berbicara dan dapat mengarah agar pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan ini diberikan pada saat klien akan mengurangi atau menghentikan pembicaraannya, dan pada saat klien kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan, atau pada saat konselor ragu atas pembicaraan klien. Contoh dialog :
Klien : “Saya putuskan asa …. dan saya nyaris …. “(klien menghentikan pembicaraan)
Konselor : “Ya ….”
Klien : “Nekat bunuh diri.”
Konselor : “Lalu ….”
9.                   Interprestasi 
Teknik ini yaitu untuk mengulas pemikiran, perasaan, dan pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subjek konselor. Hal ini bertujuan untuk memberikan rujukan pandangan agar klien mengerti dan berubah  melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut.  Contoh dialog :
Klien : “Saya pikir dengan berhenti sekolah dan memutuskan perhatian membantu orang tua merupakan bakti saya pada keluarga, karena adik-adik saya banyak dan amat membutuhkan biaya.”
Konselor : “Pendidikan tingkat SMA pada masa sekarang adalah mutlak bagi semua warga negara. Terutama hidup di kota besar seperti Anda. Karena tantangan masa depan makin banyak, maka dibutuhkan manusia Indonesia yang berkualitas. Membantu orang tua memang harus, namun mungkin disayangkan jika orang seperti Anda yang tergolong cerdas akan meninggalkan SMA.”
10.               Mengarahkan (Directing)
Teknik mengarahkan ini yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan sesuatu. Misalnya, menyuruh klien untuk bermain peran dengan konselor atau mengkhayalkan sesuatu. Misalnya :
Klien : “Ayah saya sering marah-marah tanpa sebab. Saya tak dapat lagi menahan diri. Akhirnya, terjadi pertengkaran sengit.”
Konselor : “Bisakah Anda mencoba memperlihatkan di depan saya bagaimana sikap dan kata-kata ayah Anda jika memarahi Anda.”
Catatan :
Dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka. Dalam hal-hal tertentu dapat pula digunakan pertanyaan tertutup yang harus dijawab dengan kata “ya” atau “tidak”, atau dengan kata-kata singkat.


PERTUMBUHAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI INDONESIA

PERTUMBUHAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI INDONESIA
KAMI MENYEDIAKAN KUMPULAN PTBK DAN ADMINISTRASI BK MURAH 
HUBUNGI KAMI DI 081222940294

Sejarah bimbingan dan konseling di Indonesia, Pelayanan Konseling dalam system pendidikan Indonesia mengalami beberapa perubahan nama. Pada kurikulum 1984 semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan (BP), kemudian pada Kurikulum 1994 berganti nama menjadi Bimbingan dan Konseling (BK) sampai dengan sekarang. Layanan BK sudah mulai dibicarakan di Indonesia sejak tahun 1962. Namun BK baru diresmikan di sekolah di Indonesia sejak diberlakukan kurikulum 1975. Kemudian disempurnakan ke dalam kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan karir didalamnya. Perkembangan BK semakin mantap pada tahun 2001.

Perkembangan bimbingan dan konseling sebelum kemerdekaan

Masa ini merupakan masa penjajahan Belanda dan Jepang, para siswa didiik untuk mengabdi emi kepentingan penjajah. Dalam situasi seperti ini, upaya bimbingan dikerahkan. Bangsa Indonesia berusaha untuk memperjuangkan kemajun bangsa Indonesia melalui pendidikan. Salah satunya adalah taman siswa yang dipelopori oleh K.H. Dewantara yang menanamkan nasionalisme di kalangan para siswanya. Dari sudut pandang bimbingan, hal tersebut pada hakikatnya adalah dasar bagi pelaksanaan bimbingan.


Dekade 40-an

Dalam bidang pendidikan, pada decade 40-an lebih banyak ditandai dengan perjuangan merealisasikan kemerdekaan melalui pendidikan. Melalui pendidikan yang serba darurat mkala pada saat itu di upayakan secara bertahap memecahkan masalah besar anatara lain melalui pemberantasan buta huruf. Sesuai dengan jiwa pancasila dan UUD 45. Hal ini pulalaah yang menjadi focus utama dalam bimbingan pada saat itu.

Dekade 50-an

Bidang pendidikan menghadapi tentangan yang amat besar yaitu memecahkan masalah kebodohan dan keterbelakangan rakyat Indonesia. Kegiatan bimbingan pada masa dekade ini lebih banyak tersirat dalam berbagai kegiatan pendidikan dan benar benar menghadapi tantangan dalam membantu siswa disekolah agar dapat berprestasi.

Dekade 60-an

Beberapa peristiwa penting dalam pendidikan pada dekade ini :
  1. Ketetapan MPRS tahun 1966 tentang dasar pendidikan nasional
  2. Lahirnya kurikulum SMA gaya Baru 1964
  3. Lahirnya kurikulum 1968
  4. Lahirnya jurusan bimbingan dan konseling di IKIP tahun 1963

Keadaan dia tas memberikan tantangan bagi keperluan pelayanan bimbinga dan konseling disekolah.

Dekade 70-an

Dalam dekade ini bimbingan di upayakan aktualisasi nya melalui penataan legalitas sistem, dan pelaksanaannya. 
Pembangunan pendidikan terutama diarahkan kepada pemecahan masalah utama pendidikan yaitu :
  1. Pemerataan kesempatan belajar,
  2. Mutu,
  3. Relevansi, dan
  4. Efisiensi.

Pada dekade ini, bimbingan dilakukan secara konseptual, maupun secara operasional. Melalui upaya ini semua pihak telah merasakan apa, mengapa, bagaimana, dan dimana bimbingan dan konseling.

Dekade 80-an

Pada dekade ini, bimbingan ini diupayakan agar mantap. Pemantapan terutama diusahakan untuk menuju kepada perwujudan bimbingan yang professional. Dalam dekade 80-an pembangunan telah memasuki Repelita III, IV, dan V yang ditandai dengan menuju lepas landas.
Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan dalam dekade ini:
  1. Penyempurnaan kurikulum
  2. Penyempurnaan seleksi mahasiswa baru
  3. Profesionalisasi tenaga pendidikan dalam berbagai tingkat dan jenis
  4. Penataan perguruan tinggi
  5. Pelaksnaan wajib belajar
  6. Pembukaan universitas teruka
  7. Ahirnya Undang – Undang pendidikan nasional

Beberapa kecenderungan yang dirasakan pada masa itu adalah kebutuhan akan profesionalisasi layanan, keterpaduan pengelolaan, sistem pendidikan konselor, legalitas formal, pemantapan organisasi, pengmbangan konsep – konsep bimbingan yang berorientasi Indonesia, dsb.

Meyongsong era Lepas landas

Era lepas landas mempunyai makna sebagai tahap pembangunan yang ditandai dengan kehidupan nasional atas kemampuan dan kekuatan sendiri khususnya dalam aspek ekonomi. Cirri kehidupan lepas landas ditandai dengan keberadaan dan berkembang atas dasar kekuatan dan kemampuan sendiri, maka cirri manusia lepas landas adalah manusia yang mandiri secara utuh dengan tiga kata kunci : mental, disiplin, dan integrasi nasional yang diharapkan terwujud dalam kemampuannya menghadapi tekanan – tekanan zaman baru yang berdasarkan peradaban komunikasi informasi.

Bimbingan berdasarkan pancasila

Bimbingan mempunyai peran yang amat penting dan strategis dalam perjalanan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Manusia Indonesia yang dicita-citakan adalah manusia pancasila dengan cirri-ciri sebagaimana yang terjabar dalam P-4 sebanyak 36 butir bagi bangsa Indonesia, pancasila merupakan dasar Negara, pandangan hidup, kepribadian bangsa dan idiologi nasional. Sebagai bangsa, pancasila menuntut bangsa Indonesia mampu menunjukkan ciri-ciri kepribadiannya ditengah-tengah pergaulan dengan bangsa lain. Bimbingan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan dan mempunyai tanggung jawab yang amat besar guna mewujudkan manusia pancasila karena itu seluruh kegiatan bimbingan di Indonesia tidak lepas dari pancasila.


Sejarah bimbingan dan konseling di Dunia Internasional

Sampai awal abad ke-20 belum ada konselor disekolah. Pada saat itu pekerjaan-pekerjaan konselor masih ditangani oleh para guru.

Gerakan bimbingan disekolah mulai berkembang sebagai dampak dari revolusi industri dan keragaman latar belakang para siswa yang masuk kesekolah-sekolah negeri. Tahun 1898 Jesse B. Davis, seorang konselor di Detroit mulai memberikan layanan konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA. Pada tahun 1907 dia memasukkan program bimbingan di sekolah tersebut.

Pada waktu yang sama para ahli yang juga mengembangkan program bimbingan ini diantaranya; Eli Weaper, Frank Parson, E.G Will Amson, Carlr. Rogers.

Eli Weaper pada tahun 1906 menerbitkan buku tentang “memilih suatu karir” dan membentuk komite guru pembimbing disetiap sekolah menengah di New York. Kamite tersebut bergerak untuk membantu para pemuda dalam menemukan kemampuan-kemampuan dan belajar tentang bimbingan menggunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka menjadi seorang pekerja yang produktif.
Frank Parson dikenal sebagai “Father of The Guedance Movement in American Education”. Mendirikan biro pekerjaan tahun 1908 di Boston Massachussets, yang bertujuan membantu pemuda dalam memilih karir uang didasarkan atas proses seleksi secara ilmiyah dan melatih guru untuk memberikan pelayanan sebagai koselor.
Bradley (John J.Pie Trafesa et. al., 1980) menambah satu tahapan dari tiga tahapan tentang sejarah bimbingan menurut Stiller, yaitu sebagai berikut:
  1. Vocational exploration : Tahapan yang menekankan tentang analisis individual dan pasaran kerja
  2. Metting Individual Needs : Tahapan yang menekankan membantu individu agar meeting memperoleh kepuasan kebutuhan hidupnya. Perkembangan BK pada tahapan ini dipengaruhi oleh diri dan memecahkan masalahnya sendiri.
  3. Transisional Professionalism : Tahapan yang memfokuskan perhatian kepada upaya profesionalisasi konselor
  4. Situasional Diagnosis : Tahapan sebagai periode perubahan dan inovasi pada tahapan ini memfokuskan pada analisis lingkungan dalam proses bimbingan dan gerakan cara-cara yang hanya terpusat pada individu.

Di Amerika Serikat
Bimbingan dimulai pada abad 20 di amerika dengan didirikannya suatu vocational bureau tahun 1908 oleh Frank Parsons yang utuk selanjutnya dikenal dengan nama the father of guidance yang menekankan pentingnya setiap individu diberikan pertolongan agar mereka dapat mengenal atau memahami berbagai perbuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya dengan tujuan agar dapat dipergunakan secara intelijensi denga memilih pekerjaan yang terbaik yang tepat bagi dirinya.

Menurut Arthur E. Trax and Robert D North, dalam bukunya yang berjudul “Techniques of Guidance”, (1986), disebutkan beberapa kejadian penting yang mewarnai sejarah bimbingan diantaranya :


1. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.

Timbul suatu gerakan kemanusiaan yang menitik beratkan pada kesejahteraan manusia dan kondisi sosialnya. Geraka ini membantu vocational bureau Parsons dalam bidang keungan agar dapat menolong anak-anak muda yang tidak dapat bekerja dengan baik.

2. Agama

Pada rohaniman berpandangan bahwa dunia adalah dimana ada pertentangan yang secara terus menerus antara baik dan buruk.

3. Aliran kesehatan mental

Timbul dengan tujuan perlakuan yang manusiawi terhadap penderita penyakit jiwa dan perhatian terhadap berbagai gejala, tingkat penyakit jiwa, pengobatan, dan pencegahannya, karna ada suatu kesadaran bahwa penyakit ini bias diobati apabila ditemukan pada tingkat yang lebih dini. Gerakan ii mendorong para pendidik untuk lebih peka terhadap masalah-masalah gangguan kejiwaan, rasa tidak aman, dan kehilangan identitas diantra anak-anak muda.

4. Perubahan dalam masyarakat

Akibat dari perang dunia 1 dan 2, pengangguran, depresi, perkembangan IPTEK, wajib belajar, mendorong beribu-ribu anak untuk masuk sekolah tanpa mengetahui untuk apa mereka bersekolah. Perubahan masyarakat semacam ini mendorong para pendidik untuk memperbaiki setiap anak sesuai dengan kebutuhannya agar mereka dapat menyelesaikan pendidikannya dengan berhasil.

5. Gerakan mengenal siswa sebagai individu

Gerakan ini erat sekali kaitannya dengan gerakan tes pengukuran. Bimbingan diadakan di sekolah disebabkan tugas sekolah untuk mengenal atau memahami siswa-siswanya secara individual. Karena sulitnya untuk mengenal atau memahami siswa secara individual atau pribadi, maka diciptakanlah berbagai teknik dan instrument diantaranya tes psikologis dan pengukuran.

Konseling Yang Profesional

 Konseling Yang Profesional
KAMI MENYEDIAKAN KUMPULAN PTBK DAN ADMINISTRASI BK MURAH 
HUBUNGI KAMI DI 081222940294

Masalah dengan mudah dapat datang dan pergi sepanjang hidup Anda, baik dalam kehidupan pribadi, sosial, intelektual ataupun perkembangan emosional. Kemudian, Anda akan memerlukan bantuan profesional melalui konseling dan terapi dalam membantu masalah yang anda hadapi.

Layanan konseling professional adalah layanan pemberian bantuan dalam membantu permasalahan psikologis yang sedang anda hadapi. Dengan mengikuti layanan konseling professional anda akan dibantu untuk terbebas dari masalah yang membelenggu dan mensabotase diri anda untuk maju. Konselor di klinik kami adalah lulusan Sarjana dan Magister Bimbingan dan Konseling yang memiliki kompetensi yang tinggi dalam membantu anda mengentaskan permasalahan yang sedang dihadapi.


Apa saja masalah yang bisa dibantu melalui Konseling ? 
Melalui sesi konseling, klien dibantu dalam mengatasi masalah psikologis yang dihadapinya. Adapun yang dibantu dalam sesi konseling sebagai berikut : 
* Membantu mengatasi masalah Phobia terhadap binatang, 
Membantu Mengurangi Stres
Membantu Menghilangkan Kecemasan
Membantu Menghilangkan Trauma
Membantu Membantu mengatasi Depresi 
Membantu Mengatasi Kesulitan belajar 
Membantu Menghilangkan Kebiasaan buruk
Membantu Menghilangkan Kecanduan games
Membantu Meningkatkan pengendalian rasa marah
Membantu Menghentikan kebiasaan merokok, 
Membantu Mendamaikan Konflik yang terjadi pada diri
Membantu Meningkatkan motivasi kerja
Membantu Meningkatkan rasa percaya diri
Membantu Menghilangkan kejenuhan belajar, 
Membantu Menghilangkan perasaan hampa dan merasa sendiri 
* Membantu Menentukan perencanaan karir hidup anda. 
* Membantu Memantapkan pilihan pekerjaan atau karir yang anda impikan. 
Catatan : Hasil setiap orang berbeda-beda, tergantung dari motivasi dan keterlibatan serta keterbukaan klien dalam sesi hipnoterapi  


Bagaimana Konseling Profesional membantu masalah anda 

Konseling merupakan proses bantuan interaksi yang profesional dan dinamis antara konselor dan klien. Tujuan dari interaksi tersebut adalah tercapainya perubahan pada  diri klien. Klien umumnya datang karena suatu keluhan berkaitan dengan pikiran, perasan, perilaku atau keluhan fisik yang disebabkan oleh masalah psikis. Dan untuk mengatasi keluhan tersebut, dilakukan konseling untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang dirasakan oleh klien.


Ada tahapan yang akan dilakukan dalam proses konseling :

1. Tahap Awal Konseling
Tahapan ini merupakan tahapan awal dimana konselor melakukan asesmen untuk memahami masalah yang dirasakan oleh klien. Konselor melakukan diagnosis terhadap masalah yang dihadapi oleh klien. Tujuannya adalah agar konselor memahami masalah yang dirasakan oleh klien serta bentuk pemberian bantuan yang tepat bagi klien.

2. Menentukan Tujuan Konseling 

Setelah masalah diketahui secara jelas, maka selanjutnya adalah menentukan tujuan dari terapi. Konselor membantu klien untuk menentukan target, hasil atau outcome dari proses konseling yang akan dijalani. Tujuan dibuat secara spesifik dan jelas supaya proses konseling terarah dan kami bisa menentukan metode terapi apa yang akan digunakan untuk mengatasi masalah klien.

3. Penerapan Pendekatan Konseling dalam membantu klien

Dalam konseling modern ada banyak metode konseling yang bisa digunakan. Beberapa metode konseling yang sering kami gunakan adalah Client-Centered Therapy, Cognitive Behavior Therapy, Behavior Therapy, Impact Therapy, Gestalt Therapy, Ego State Therapy dan masih banyak lagi. Adapun pendekatan yang kami gunakan dalam membantu klien disesuaikan dengan kebutuhan klien itu sendiri. Pada prinsipnya, kami membantu anda menggunakan pendekatan konseling yang cocok dengan masalah yang anda hadapi.

4. Mengakhiri Sesi Konseling 

Satu sesi konseling yang kami lakukan berlangsung selama 1 (satu) jam. Kadang konselor mengakhiri sesi dengan memberikan beberapa tugas yang harus anda lakukan dirumah dalam membantu perubahan diri anda. Kadang juga konselor tidak memberi tugas apapun kepada klien jika memang tidak diperlukan.


Bentuk Layanan Konseling Profesional


Dalam melakukan proses konseling yang profesional, konselor dapat membantu klien dalam setting individual maupun kelompok.

Konseling Individual adalah interaksi antara konselor dan konseli secara langsung dan bersipat perorangan.

Konseling Kelompok adalah pemberian bantuan kepada klien dalam bentuk kelompok yang terdiri dari 5 sampai 10 orang dengan permasalahan yang sama.



Mengapa Harus Mengikuti Sesi Konseling / Psikoterapi di EDUPOTENSIA ?

Setidaknya ada 4 Keunggulan yang bisa dijadikan pertimbangan bagi anda dalam memutuskan untuk mengikuti sesi Konseling / Psikoterapi dengan menggunakan jasa kami :

#1.
 Konselor dan Hipnoterapis yang ada di EDUPOTENSIA memiliki kualifikasi akademik Sarjana dan Magister Bimbingan dan Konseling yang memiliki pengetahuan, keterampilan (skill) dan jam terbang yang tinggi dalam membantu orang sesuai dengan profesi yang diembannya sebagai Konselor Profesional


#2. Komitmen yang tinggi akan kualitas dan hasil. Kami berkomitmen penuh akan kualitas layanan hipnoterapi kami, termasuk diantaranya dengan memberikan evaluasi dan konsultasi pasca sesi hipnoterapi.

#3. Sesi Hipnoterapi dilakukan dengan mengedepankan prinsip dan berorientasi klien (Client Centered). Kami memiliki prinsip bahwa semua keberhasilan dari sesi terapi bersumber dari klien, dan tugas kami sebagai fasilitator bagi klien dalam menemukan sumber daya dalam dirinya

#4. Metode yang digunakan berdasarkan riset (Evidence Based) mendalam mengenai bagaimana cara merubah perilaku secara cepat dan efisien. Kami mengedepankan keberhasilan klien dalam mencapai tujuan yang ditetapkannya sehingga metode yang digunakan berorientasi pada ilmu konseling dan psikoterapi yang secara riset terbukti dapat membantu orang berkembang secaefektif