Tuesday, May 31, 2016

CARA-CARA BIMBINGAN KONSELING YANG BAIK

CARA-CARA BIMBINGAN KONSELING YANG BAIK
KAMI MENYEDIAKAN KUMPULAN PTBK DAN ADMINISTRASI BK MURAH 
HUBUNGI KAMI DI 081222940294

 Pengertian Teknik-teknik Bimbingan dan Konseling
Teknik adalah cara, langkah atau metode yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Bimbingan ialah mengarahkan, memandu, mengelola, dan menyetir.[3]Bimbingan juga dapat diartikan sebagai bantuan atau pertolongan.
Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien. Pendapat lain mengatakan bahwa konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif prilakunya.[4]
Jadi, teknik Bimbingan dan Konseling adalah cara atau metode yang dilakukan untuk membantu, mengarahkan atau memandu seseorang atau sekelompok orang agar menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya, serta mampu mengambil sebuah keputusan dan menentukan tujuan hidupnya dengan cara berinteraksi atau bertatap muka.

2.2 Macam-Macam Teknik Bimbingan dan Konseling
BIMBINGAN DAN KONSELING membutuhkan teknik yang tidak mudah. Diperlukan pembiasaan terhadap macam-macam teknik yang ada supaya konselor mahir dalam kerja praktik. Di samping itu, diperlukan keberanian dalam memperaktikkan macam-macam teknik yang ada, supaya ada pengalaman dari berbagai teknik.
Terkadang, ada seseorang yang ketika enjoy dengan satu teknik, dia tidak mau mencoba teknik lain. Mental status quo semacam ini harus dihilangkan. Diperlukan eksperimentasi dan observasi terus-menerus untuk mengembangkan teknik konseling sebagai jawaban terhadap kompleksitas problem di era modernisasi dan informasi sekarang ini.

A.                 Teknik Umum Konseling I
Teknik umum merupakan teknik konseling yang lazim digunakan dalam tahap-tahap konseling dan merupakan teknik dasar konseling yang harus dikuasai oleh konselor. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan disampaikan beberapa jenis teknik umum.

1.                   Perilaku Attending
Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien. Hal ini mencangkup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan  bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat menimbulkan hal positif, seperti meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana yang aman, dan mempermudah eksperesi perasaan klien dengan bebas.
Contoh perilaku attending yang baik, misalnya :
·    Kepala : melakukan anggukan jika setuju
·    Ekspresi wajah : tenang, cerita, senyum
·    Posisi wajah : tenang, ceria, senyum
·    Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak dekat,  duduk akrab berhadapan atau berdampingan
·    Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan.
·    Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.
Contoh perilaku attending  yang tidak baik, misalnya :
·     Kepala : kaku
·     Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien 
           
sedang bicara, mata melotot
·     Posisi tubuh : tegak, kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, duduk 
           
kurang akrab dan berpaling
·     Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk member
           
kesempatan  klien berpikir dan berbicara
·     Perhatian : terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar
Catatan :
Attending disebut juga perilaku menghapiri klien. Hal ini cukup kompeten kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Attending yang baik dapat menimbulkan beberapa hal positif, seperti meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana yang aman, dan mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
2.                   Empati
Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien; merasa dan berpikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan sejalan dengan perilaku attending. Tanpa perilaku attending, mustahil terbentuk empati. Terdapat dua macam empati, yaitu :
a.          Empati Primer, yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran, dan keinginan klien dengan tujuan agar klien dapat terihat dan terbuka. Contoh ungkapan empati primer : “Saya dapat merasakan bagaimana perasaan Anda” ; “Saya mengerti keinginan Anda.”
b.          Empati tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran, keinginan, serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien, karena konselor ikut dengan perasaan tersebut. Keterlibatan konselor tersebut membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi hati yang terdalam, berupa perasaan, pikiran, pengalaman, dan termasuk penderitaannya. Contoh ungkapan empati tingkat tinggi : “Saya dapat merasakan apa yang Anda rasakan, dan saya ikut terluka dengan pengalaman Anda itu.” 
3.                   Refleksi
Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya. Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu:
a.                   Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh : “Tampaknya yang Anda kaatakan adalah ……”
b.                   Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat klien sebagi hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh : “Tampaknya yang Anda Katakan…..”
c.                    Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh : “Tampaknya yang Anda katakana sesuatu …..”

4.                   Eksplorasi
Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengamatan klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Teknik ini memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tetekan, dan terancam. Seperti halnya pada teknik refleksi, dalam teknik eksplorasi ini pun terdapat tiga macam teknik yaitu :
a.                   Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan klien yang tersimpan. Contoh : “Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan bingung yang dimaksud ….”
b.                   Eksplorasi pikiran, yaitu telknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien. Contoh : “Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide Anda tentang sekolah sambil bekerja.
c.                    Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali pengalaman-pengalaman klien. Contoh : ‘Saya terkesan dengan pengalaman yang Anda lalui. Namun, saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap pendidikan Anda.”
Catatan :
Eksplorasi adalah ternik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia bathin, menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya.

5.                   Menangkap Pesan (Paraphrasing)
Menangkap pesan (Paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau innti ungkapan klien, dengan teliti mendengarkan pesan utama klien, mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana. Biasanya, ini ditandai dengan kalimat awal : “adakah “ atau “tampaknya” dan mengamati respon klien terhadap konselor.
Tujuan Paraphrasing adalah : (1) untuk mengatakan kembali kepada klien bahwa konselor bersama dia dan berusaha untuk memahami apa yang dikatakan klien; (2) mengedepankan apa yang dikemukakan klien dalam bentuk ringkasan; (3) member arah wawancara konseling; dan
(4) pengecekan kembali persepsi konselor tentang apa yang dikemukakan klien. Berikut contoh dialognya :
Klien : “Itu suatu pekerjaan yang baik, akan tetapi saya tidak mengambilnya. Saya tidak tahu mengapa demikian?”
Konselor : “Tampaknya Anda masih ragu.”
6.                   Pertanyaan Terbuka (Opened Question)
Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing siswa agar mau berbicfara mengungkapkan perasaan, pengalaman, dan pemikirannya. Pertanyaan yang diajukan sebaliknya tidak menggunakan kata Tanya mengapa atau apa sebabnya. Pertanyaan semacam ini akan menyulitkan klien jika ia tidak tahu alasan atau sebab-sebabnya. Oleh karenanya, lebih baik gunakan kata Tanya apakah, bagaimana, adakah, atau dapatkah. Contoh : “Apakah Anda merasa ada sesuatu yang ingin kita bicarakan ?”
7.                   Pertanyaan Tertutup (Closed Question)
Dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka. Dalam hal-hal tertentu, dapat pula digunakan pertanyaan tertutup yang harus dijawab dengan kata “ya” atau “tidak”, atau dengan kata-kata singkat. Tujuan pertanyaan tertutup adalah untuk : (1) mengumpulkan informasi; (2) menjernihkan atau memperjelas sesuatu; dan (3) menghentikan pembicaraan klien yang melantur atau menyimpang jauh. Contoh dialog :
Klien : “Saya berusaha meningkatkan prestasi dengan mengikuti belajar kelompok yang selama ini belum pernah saya lakukan.’
Konselor : “Biasanya Anda menempati peringkat berapa?”
Klien:”Empat.”
Konselor:”Sekarang berapa?”
Klien:”Sebelas.”
8.                   Dorongan Minimal (Minimal Encouragement)
Dorongan minimal adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan klien. Misalnya dengan menggunakan ungkapan oh ….., ya…., lalu…., terus,…. atau dan…
Tujuan dorongan minimal agar klien terus berbicara dan dapat mengarah agar pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan ini diberikan pada saat klien akan mengurangi atau menghentikan pembicaraannya, dan pada saat klien kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan, atau pada saat konselor ragu atas pembicaraan klien. Contoh dialog :
Klien : “Saya putuskan asa …. dan saya nyaris …. “(klien menghentikan pembicaraan)
Konselor : “Ya ….”
Klien : “Nekat bunuh diri.”
Konselor : “Lalu ….”
9.                   Interprestasi 
Teknik ini yaitu untuk mengulas pemikiran, perasaan, dan pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subjek konselor. Hal ini bertujuan untuk memberikan rujukan pandangan agar klien mengerti dan berubah  melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut.  Contoh dialog :
Klien : “Saya pikir dengan berhenti sekolah dan memutuskan perhatian membantu orang tua merupakan bakti saya pada keluarga, karena adik-adik saya banyak dan amat membutuhkan biaya.”
Konselor : “Pendidikan tingkat SMA pada masa sekarang adalah mutlak bagi semua warga negara. Terutama hidup di kota besar seperti Anda. Karena tantangan masa depan makin banyak, maka dibutuhkan manusia Indonesia yang berkualitas. Membantu orang tua memang harus, namun mungkin disayangkan jika orang seperti Anda yang tergolong cerdas akan meninggalkan SMA.”
10.               Mengarahkan (Directing)
Teknik mengarahkan ini yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan sesuatu. Misalnya, menyuruh klien untuk bermain peran dengan konselor atau mengkhayalkan sesuatu. Misalnya :
Klien : “Ayah saya sering marah-marah tanpa sebab. Saya tak dapat lagi menahan diri. Akhirnya, terjadi pertengkaran sengit.”
Konselor : “Bisakah Anda mencoba memperlihatkan di depan saya bagaimana sikap dan kata-kata ayah Anda jika memarahi Anda.”
Catatan :
Dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka. Dalam hal-hal tertentu dapat pula digunakan pertanyaan tertutup yang harus dijawab dengan kata “ya” atau “tidak”, atau dengan kata-kata singkat.


No comments:

Post a Comment