Tuesday, May 31, 2016

Konseling Islami di Pondok Pesantren Al -BAROKAH

Konseling Islami di Pondok Pesantren Al -BAROKAH
KAMI MENYEDIAKAN KUMPULAN PTBK DAN ADMINISTRASI BK MURAH 
HUBUNGI KAMI DI 081222940294

Penelitian ini bermaksud mengungkapkan secara teoritis dan empiris tentang konseling Islami serta mengkaji peran kyai di Pondok Pesantren dalam melakukan kegiatan guadance and counseling bagi santri dan warga masyarakat. Dalam hal ini, lebih dahulu dikemukakanrumusan konseling berkarakteristik Islam (disebut konseling Islami), meliputi: dimensi, tujuan, asas-asas, pendekatan, metode, teknik, dasar-dasar Qur’ani yang melandasinya. Selanjutnya, digambarkan bagaimana peran kyai dalam tugasnya melaksanakan konseling bagi santri dan warga masyarakat, serta bagaimana pula santri dan warga masyarakat memandang kyai bagi tugas-tugas konseling yang dilakukannya. Selain itu, dijelaskan pula apa pendekatan/metode konseling kyai, serta apa sebenarnya makna konseling tersebut. Penjelasan-penjelasan dimaksud didasarkan atas hasil studi kepustakaan dan penelitian lapangan terhadap pondok pesantren yang ditetapkan sebagai obyek penelitian, yakni : Pondok Pesantren Sunan Pandan Aran, Pondok Pesantren Raudatul Muttaqin, dan Pondok Pesantren al-Islami. Dalam literatur bahasa Arab kata konseling disebut al-irsyad. Secara etimologi berarti al-huda, ad-dalalah (dalam bahasa Indonesia berarti : petunjuk, bimbingan). Pemaknaan seperti ini didasarkan pada penjelasan al-Qur’an surah al-Kahfi (18) ayat 17 dan surah al-Jin (72) ayat 2. Konseling Islami dapat dinyatakan sebagai layanan bantuan konselor kepada klien/konseli untuk menumbuhkembangkan kemampuannya dalam memahami, menghadapi, dan menyelesaikan masalah serta mengantisipasi masa depan dengan memilih alternatif tindakan terbaik demi mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat di bawah naungan rida serta kasih sayang Allah. Dalam konseling Islami, klien/konseli dibantu membangun kesadarannya untuk tegaknya iman dan menempatkan Allah sebagai Konselor Yang Maha Agung, yang menjadi sumber kekuatan untuk memecahkan masalah kehidupan, serta selanjutnya menggiring untuk mampu melakukan self counseling. Self counseling menjadi bagian terpenting dalam konseling Islami dan memiliki tingkatan tinggi. Hal ini menuntut upaya kreatif klien/konseli secara mandiri, yang dipahami dari makna surah ar-Ra’d (13) ayat 11 dan surah an-Najm (53) ayat 39-40. Konseling Islami merupakan upaya merekonstruksi dan aktualisasi kembali self concept (konsep diri) agar dapat mencapai an-nafs al-mutma’innah (jiwa tenteram), dan kawasan garapannya terutama adalah hati manusia (qalb). Dalam hal ini , ketidaktenangan hati atau disharmoni, disintegrasi, disorganisasi, disekuilibrium diri (self) dipandang sebagai sumber penyakit mental. Justru itu, mewujudkan kesehatan mental adalah menemukan ketenangan hati pada sumber pokoknya dengan mendekatkan diri kepada Allah, dan penyembuhan penyakit mental ternyata bersifat spiritual. Untuk itu, Islam mengajarkan agar mengembalikan setiap permasalahan hidup kepada Allah yang memberi kehidupan, kekuatan, kemudahan, kesembuhan, dan diyakini sebagai sumber kekuatan tanpa tanding, sebagaimana disyaratkan Allah dalam al-Qur’an surah al-Baqarah (2) ayat 112, 156, 255, 284, surah Ali’Imran (3) ayat 159-160, surah al-Talaq (63) ayat 3-4. Dalam hal ini, Allah ditempatkan sebagai Konselor Yang Maha Agung, dan menjadi sumber ketenangan hati. Konseling Islami juga merupakan wujud aktualisasi kelengkapan dan kesempurnaan ajaran Islam. Jika merujuk pada pendapat asy-Syarqawi, maka perbedaannya dengan konsep pengetahuan empirik Barat terletak pada sikap penyerahan total kepada Allah dengan keimanan demi terwujudnya kesehatan mental/jiwa. Prosesnya senantiasa mempedomani petunjuk-petunjuk Allah agar hati manusia menjadi tenteram karena disinari oleh cahaya, nur Ilah

No comments:

Post a Comment