Saturday, December 19, 2015

CATATAN CALON KONSELOR SEKOLAH

CATATAN CALON KONSELOR SEKOLAH 

KAMI MENYEDIAKAN KUMPULAN PTBK DAN ADMINISTRASI BK MURAH 
HUBUNGI KAMI DI 081222940294




Catatan Untuk Calon Konselor Sekolah

Beberapa tahun terakhir ini, kelakuan para remaja makin membuat miris sekali. Berita tentang pelajar yang melakukan aksi brutal ataupun aksi yang menyimpang seringkali menghias di media cetak maupun media elektronik. Beberapa kasus terekam dalam sejarah seperti aksi pornografi, aksi bunuh diri, aksi membunuh teman, aksi mencuri handphone sampai pada merebut motor pacarnya sendiri dan sebagainya 

Zaman memang sudah berubah eranya. Penyimpangan perilaku remaja masa kini berbeda jauh dengan penyimpangan perilaku remaja beberapa dekade lalu. Tidak dipungkiri adanya kemajuan teknologi, disamping membawa dampak positif bagi remaja yang membuat mereka berpikir lebih kritis, namun juga tetap membawa dampak negatif bagi mereka yang kurang bisa memanfaatkan adanya teknologi. Misalnya dengan adanya komputer, anak bisa makin pintar dalam menggunakanya, namun jika tidak didukung dengan kepribadian yang baik, kepintarannya bisa merugikan diri sendiri maupun orang lain. 

Pun dengan adanya internet yangsebenarnya memudahkan setiap insan manusia dalam memperoleh informasi dan berkomunikasi dengan sesamanya tanpa batas jarak dan waktu. Kemudahan ini justru disalahgunakan oleh sebagian remaja untuk melakukan hal-hal yang kurang baik, seperti mencari informasi yang sifatnya negative, menjadikan internet sebagai media untuk menyebarkan gambar yang kurang layak dikonsumsi, menjadikan internet sebagai media untuk mengerjakan tugas sekolah dengan cara curang, hanya copy dan paste. Hal ini membuat pengertian bahwa seiring kemajuan zaman, perubahan perilaku remaja juga berbanding lurus, makin beragam dan makin membutuhkan cara menangani yang begitu komplek karena mereka menunjukkan degradasi moral yang kian parah. 

Terjadinya degradasi moral di kalangan generasi penerus bangsa ini menjadi salah satu pemicu yang mendorong untuk menggalakan pendidikan karakter. Oleh karena itu Guru Bimbingan dan Konseling (BK) atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan konselor sekolah banyak disorot oleh publik karena tanggung jawabnya dalam pembentukan karakter bagi para konselinya (istilah untuk menyebut peserta didik yang menjadi siswa bimbingan seorang guru bimbingan dan konseling). Konselor sekolah mempunyai posisi yang penting, tapi pandangan sebagian masyarakat masih mempunyai anggapan negatif kepada konselor sekolah. Mereka masih menganggap bahwa konselor sekolah adalah guru yang hanya menangani siswa yang bermasalah saja. Anggaan seperti itu tidak hanya dating dari kalangan masyarakat umum maupun orang tua siswa, namun dari kalangan gurupun masih ada yang menganggap konselor sekolah identik dengan siswa yang berperilaku menyimpang. Padahal sejatinya tugas konselor sekolah tidak hanya sebagai sekedar mengatasi masalah, melainkan juga bertugas sebagai tempat untuk pengembangan diri atau soft skill siswa. 

Tak hanya stigma negatif yang (masih ) ditemui dilapangan, kenyataan yang lain adalah masih banyak konselor sekolah yang dasar ilmunya tidak sesuai dengan ilmu yang telah diambil saat kuliah, misalnya guru TIK, guru bahasa Indonesia ada yang masih merangkap menjadi konselor sekolah. hal ini menyebabkan mereka tidak begitu paham apa yang harus dilakukan, akibatnya yang dilakukan hanya seputar menangani konseli yang bermasalah. Pun masih ada konselor sekolah yang menjadi “polisi sekolah”, menegakkan kedisiplinan dan memberikan hukuman bagi mereka yang melanggar. Justru realita inilah yang memperenggang jarak anatara konseli dengan konselor sekolah. Para konseli menjadi takut kepada konselor sekolah dan makin enggan untuk berkomunikasi dengan konselor sekolah karena frame yang terbentuk dalam diri mereka adalah konselor sekolah identik dengan guru yang mengurusi dengan pelanggaran saja. 

Semua itu tantangan yang perlu dihadapi oleh calon konselor sekolah. Perlu digarisbawah pula apa yang dipelajari di kampus seringkali berbeda dengan yang terjadi di lapangan di pelajari. Ilmu yang diperoleh di kampus hanya sebakai bekal saja karena lebih banyak teori daripada prakteknya. Jadi, jangan dulu menarik napas lega untuk gelar sarjana baru saja disandang ditambah tawaran menjadi konselor sekolah yang telah mengantri di depan mata. Justru sebaliknya calon konselor sekolah adalah calon pembelajar dan agent of change. 

Saatnya konselor-konselor sekolah muda myiapkan mental dan kemauan untuk melakukan pelurusan stigma negatif dan melakukan perubahan yang positif sehingga bisa menyadarkan dunia bahwa konselor sekolah adalah sahabat bagi konseli, Sahabat yang bisa menjadi motivator, memberi semangat positif dikala konseli membutuhkan penyemangat. Saat konseli terpuruk, disitulah konselor ada sebagai motivator, saat konseli tergelincir dalam perbuatan yang menyimpang, disitulah konselor ada untuk memberikan motivator, saat konseli tidak tahu konsep dirinya, disitulah konselor ada sebagai motivator, saat konseli terkucilkan dari teman-temannya, disitunya, konselor ada sebagai motivator 

Untuk itulah kiranya diperlukan kedekatandengan konseli. Bangun kepercayaan terlebih dahulu pada diri mereka, bahwa seorang konselor sekolah bukanlah sosok yang perlu ditakuti dan dijauhi, melainkan sebaliknya sosok yang perlu didekati karena kapanpun juga siap siaga ada untuk mereka. Tak ada efeknya memberikan motivasi kepada para konseli, jika mereka tak kenal dengan konselornya. Dengan hubungan kedekatan yang tejalin maka rasa saling percaya itu akan tumbuh, inilah modal utama yang sangat penting untuk dipunya baik konselor sekolah maupun konseli.

Penulis ambil contoh pada kisah nyata yang dialami Safrina Rovasita penyandang CIPI ( Celebral Palsy), yaitu kelainan pada otak yang mengalami kelayuan / stoke kecil sehingga menyebabkan ia tidak senormal anak-anak seusianya. Ia menuturkan kisalnya dalam majalah Psikologi Plus ( edisi Oktober 2007) bahwa semasa SMA dirinya tidak mempunyai teman, kecuali konselor sekolah dan buku-buku di perpustakaan. Semua teman-teman menghindar darinya. Bila istirahat tiba, ia menghabiskan waktu dengan membaca di perpustakaan atau menemui konselor sekolah sebagai tempat berlabuh untuk berbagi cerita . ia terkesan dengan konselor sekolahnya.”Guru BK-ku ( baca: konselor sekolah) baik hati, ia yang menguatkan perasaan dan mendukungku”, ungkapnya yang kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi dan diterima sebagai mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta di Fakultas Ilmu Pendidikan.

Kisah tersebut bisa dijadikan contoh kongkrit fungsi konselor sekolah, sahabat sekaligus motivator. Kecerdasan pikiran penting dimiliki, namun kecerdasan emosi juga lebih penting untuk mengoptimalkan pemberian layanan terbaik yang memuaskan bagi para konseli. Lebih dari itu, kecerdasan spiritual juga tak kalah penting, sebagai dasar dan control dalam bersikap. Dunia pendidikan masih sangat membutuhkan peran konselor sekolah. Ayo, tunjukkan semangatmu untuk menjadi konselor sekolah yang handal dan professional. Kembangkan bekal ilmu yang telah diperoleh di bangku perguruan tinggi dan bermetamorfosislah menjadi sosok konselor yang bisa diharapkan.




No comments:

Post a Comment