Monday, June 13, 2016

PENTINGNYA PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM PROSES BELAJAR

PENTINGNYA PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM PROSES BELAJAR
KAMI MENYEDIAKAN KUMPULAN PTBK DAN ADMINISTRASI BK MURAH 
HUBUNGI KAMI DI 081222940294


Abstrak
Pengajar yang sukses merupakan sosok yang menguasai masalah substansi dan profesional, memahami motif, kepribadian, kemampuan berfikir, gaya belajar dan perilaku peserta didiknya. Ketika pengajar berada di ruang kelas, keterampilan mengajarnya bukanlah didapat dari keturunan, tapi hasil dari pengalaman. Setiap kali pengajar berada di ruang kelas, pasti ada hal baru yang didapatkannya. Hal itu bisa berasal dari peserta diklatnya, dari sesama pengajar maupun dari suasana yang dibangun selama diklat. Dan hal yang baru itu kemudian menjadi dasar bagi penerapan untuk periode berikutnya. Namun demikian, tetap diperlukan informasi dari pihak lain yang telah mengembangkan belajar dari pengalaman mereka. Karena pengalaman orang lain juga bisa dijadikan pegangan. Bisa jadi pengajar tersebut belum mengalami apa yang sudah dialami oleh pengajar yang lain. Pemahaman akan motif, kepribadian, kemampuan berfikir, gaya belajar dan lain-lain atau dapat disingkat dengan psikologi pendidikan peserta diklat merupakan hal yang niscaya untuk  pencapaian tujuan pembelajaran.
Kata kunci : psikologi pendidikan, pengajar, peserta diklat, belajar, widyaiswara

Pengantar
Psikologi berasal dari bahasa Yunani “psyche” yang berarti jiwa dan “logos” yang berarti ilmu. Jadi secara etimologis, psikologi berarti ilmu jiwa. Pada awalnya psikologi digunakan oleh para filosof untuk memahami akal pikiran dan tingkah laku makhluk hidup. Namun selanjutnya psikologi digunakan secara meluas untuk mempelajari banyak bidang. Pada akhirnya psikologi banyak digunakan untuk memahami tingkah laku manusia, melalui penyelidikan tentang mengapa, kapan dan dengan cara bagaimana tingkah laku seseorang itu muncul.
Muhibbin Syah menyimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia, baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan.
Pendidikan berasal dari kata “didik”. Mendidik berarti memelihara dan memberikan latihan, yang memerlukan adanya ajaran terutama mengenai akhlak dan kecerdasan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Psikologi Pendidikan
Barlow mendefinisikan psikologi pendidikan sebagai suatu pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu melaksanakan fungsi dalam proses belajar mengajar secara lebih efektif. Sedangkan secara istilah psikologi pendidikan adalah psikologi yang khusus menguraikan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi pendidikan, misalnya bagaimana cara menarik perhatian agar pelajaran dapat dengan mudah diterima, bagaimana cara belajar dan sebagainya.
Maka psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari  tentang perilaku manusia di dalam dunia pendidikan yang meliputi  studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia yang tujuannya untuk mengembangkan dan meningkatkan koefisien di dalam pendidikan. Psikologi pendidikan pada dasarnya berorientasi pada proses kegiatan orang-orang yang belajar dan mengajar termasuk pendekatan, strategi, hasil, metode belajar mengajar yang digunakan baik pembelajar maupun pengajar. Pada akhirnya psikologi pendidikan dapat digunakan sebagai pedoman praktis disamping sebagai kajian teoritis karena psikologi pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu disiplin psikologi yang meyelidiki masalah-masalah psikologi yang terjadi dalam dunia pendidikan.
Oleh karena itu objek kajian psikologi pendidikan, selain teori-teori psikologi pendidikan sebagai ilmu, tetapi lebih condong pada aspek psikologis peserta didik, khususnya ketika mereka terlibat dalam proses pembelajaran.
Menurut Glover dan Ronning objek kajian psikologi pendidikan mencakup topik-topik tentang pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, hereditas dan lingkungan, perbedaan individual peserta didik, potensi dan karakteristik tingkah laku peserta didik, pengukuran proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran, kesehatan mental, motivasi dan minat, serta disiplin lain yang relevan.
Pentingnya Psikologi Pendidikan
Secara garis besar banyak ahli membatasi objek kajian psikologi pendidikan menjadi tiga macam:
1.    Mengenai “belajar”, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip, dan ciri-ciri khas perilaku belajar peserta didik, dan sebagainya;
2.    Mengenai “proses belajar”, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar peserta didik;
3.    Mengenai “situasi belajar”, yakni suasana dan keadaan lingkungan, baik bersifat fisik maupun nonfisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar peserta didik.
Widyaiswara adalah PNS yang diangkat sebagai pejabat fungsional dengan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak untuk melakukan kegiatan dikjartih PNS, evaluasi dan pengembangan diklat pada lembaga diklat pemerintah. Sebagai tenaga dikjartih, dalam melakukan kegiatannya widyaiswara harus menyesuaikan proses belajar mengajar dengan situasi dan kondisi peserta diklat. Hal ini bertujuan agar pembelajaran dapat tercapai secara efektif.
Kelas adalah sebuah lingkungan yang menjadi tempat interaksi antar peserta diklat, antara peserta diklat dengan widyaiswara. Proses interaksi ini harus digunakan sebagai dasar dalam mempertimbangkan perlakuan seperti apa yang akan diberikan kepada peserta diklat. Perlakuan yang responsif ini diberikan agar secara psikologis peserta diklat terus bergairah, antusias dan senang melakukan kegiatan serta terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Agar bisa mendapatkan situasi yang “meriah” seperti diatas, widyaiswara harus memahami konsep psikologi pendidikan agar dapat melaksanakan tugasnya secara profesional.
Manfaat yang dapat diperoleh pengajar yang memahami psikologi pendidikan antara lain :
1.    Pemahaman proses perkembangan peserta didik yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Hal ini penting agar dapat dilakukan penyesuaian dengan tahap perkembangan ranah cipta peserta diklat sehingga mereka lebih mudah mencerna dan memahami materi yang disampaikan. Contoh nyata adalah ketika penulis berada di kelas diklat PBJ. Pesera berasal dari latar belakang yang beragam. Pengalaman di kantor selama melaksanakan pekerjaan sangat beragam. Di awal penulis melakukan profiling peserta untuk mengetahui sejauh mana interaksi mereka dengan pekerjaan yang berhubungan dengan teknis diklat. Biasanya kondisi peserta sangat beragam. Ada yang sudah berpengalaman dan lama bekerja di bagian tersebut. Ada yang sekedar mengetahui bahkan ada yang sama sekali tidak mengerti materi teknis tersebut. Pengetahuan akan profil peserta ini memudahkan penulis ketika mengajar yaitu dengan memahami perkembangan peserta diklat selama ini. Maka penulis akan banyak menyampaikan konsep di awal materi untuk menyesuaikan dengan kondisi peserta yang masih pemula. Atau disaat yang lain, penulis akan banyak latihan dan sharing untuk peserta yang sudah berpengalaman dan mengikuti diklat sebagai bentuk penyegaran kepada mereka.
2.    Pemahaman cara belajar peserta diklat
Dalam proses belajar mengajar keberadaan widyaiswara sangat diperlukan untuk membantu peserta diklat agar mau dan mampu belajar dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, merupakan hal yang esensial bagi widyaiswara untuk memahami cara dan tahapan belajar yang terjadi pada peserta diklatnya. Pemahaman ini mencakup urgensi belajar, teori belajar, hubungan belajar dengan memori dan pengetahuan serta fase yang dilalui dalam peristiwa belajar. Selain juga pendekatan belajar, kesulitan belajar dan cara mengatasinya.
3.    Pemahaman dalam proses belajar mengajar
Hal yang perlu diperhatikan oleh widyaiswara dalam dikjartih adalah menyampaikan materi pelajaran, melatih ketrampilan, menanamkan nilai-nilai moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut. Untuk itu widyaiswara harus mampu membangkitkan gairah dan minat belajar. Disinilah pentingnya pemahaman mengenai model, metode dan strategi mengajar yang sesuai dengan siatuasi dan kondisi peserta diklat

No comments:

Post a Comment